Ini Daftar Warisan Budaya Tak Benda Terbaru dari UNESCO


Windhoek – Pada Selasa (2/12) kemarin, UNESCO menggelar Sidang ke-10 Komite Budaya Tak Benda di Windhoek, Namibia. Ada 22 Warisan Budaya Tak Benda terbaru dari UNESCO, salah satunya adalah 9 jenis tari Bali.

Sidang ke-10 Komite Budaya Tak Benda digelar di Windhoek, Namibia, beberapa waktu lalu. Hasilnya, 22 Warisan Budaya Tak Benda dikeluarkan oleh UNESCO.

BACA JUGA: Hore! 9 Tari Bali ini Dapat Pengakuan Warisan Budaya Tak Benda UNESCO
http://news.detik.com/berita/3086924/hore-9-tari-bali-ini-dapat-pengakuan-warisan-budaya-tak-benda-unesco

Warisan Budaya Tak Benda mencakup ritual, festival, kesenian tradisional dan praktek sosial di sebauh daerah. Penetapan Tari Bali sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda berarti Indonesia telah memiliki tujuh elemen budaya dalam Daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO.

Enam elemen dari Indonesia yang telah terdaftar sebelumnya adalah Wayang (2008), Keris (2008), Batik (2009), Angklung (2010), Tari Saman (2011), dan Noken Papua (2012). Serta satu program Pendidikan dan Pelatihan tentang Batik (2009).

Selain tari Bali, ada lebih dari 20 Warisan Budaya Tak Benda lainnya yang didaulat UNESCO. Mengutip situs resmi UNESCO, Selasa (8/12/2015), berikut daftarnya:

1. Sbua, ritual ziarah yang berlangsung secara tahunan di wilayah Gourara (Algeria)
2. Festival api tahunan di Andorra, Spanyol, dan Prancis
3. Filete Porteno, teknik melukis ala warga Buenos Aires (Argentina)
4. Tradisi menunggang kuda di Austria, sekaligus High School of the Spanish Riding School di Wina
5. Kerajinan tembaga di Lahij, Azerbaijan
6. Festival rakyat Surova di wilayah Pernik, Bulgaria
7. Festival tarik tambang di Kamboja, Filipina, Korea, dan Vietnam
8. Musik Marimba asal Kolumbia dan Ekuador, sekaligus tarian tradisional dari wilayah South Pacific di Kolombia
9. Tradisi membuat kimchi di Korea
10. Fichee-Chambalaalla, festival Tahun Baru yang dilakukan Suku Sidama (Ethiophia)
11. Kerajinan marmer di Yunani
12. Tari Bali (Indonesia)
13. Aitysh/Aitys, seni improvisasi ala Kazakhstan dan Kyrgyzstan
14. Oshituthi shomagongo, festival buah marula (Namibia)
15. Tari Wititi di Colca Valley, Peru
16. Tarian anak laki-laki di Romania
17. Alardah Alnajdiyah, tradisi menari dan membuat puisi di Arab Saudi
18. Bagpipe, Slovakia
19. Gorogly, kesenian tradisional Turkmenistan
20. Al-Razfa, seni pertunjukan ala Uni Emirat Arab dan Oman
21. Kopi Arab yang merupakan simbol keramahtamahan, dan Majlis (kelompok sosial) di UEA, Arab Saudi, Oman, dan Qatar
22. Teknik bertanam tradisional di Curagua, Venezuela

9 Tari Bali mendapatkan pengakuan “Warisan Budaya Tak Benda” UNESCO.

Jakarta – Indonesia lagi-lagi patut berlega hati. 9 Tari Bali mendapatkan pengakuan “Warisan Budaya Tak Benda” UNESCO.

UNESCO menetapkan 9 tari Bali sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Indonesia melalui Sidang ke-10 Komite Budaya Tak Benda UNESCO di Windhoek, Namibia pada Selasa (2/12/2015) lalu. Demikian siaran pers Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kamis (3/12/2015) ini.

“Saya mengapresiasi dan menyambut baik, bahwa  kekayaan budaya Indonesia diakui sebagai   kekayaan budaya dunia. Tentu ini membanggakan,” kata Mendikbud Anies Baswedan yang juga sebagai Ketua Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, di Yogyakarta, Rabu (3/12).

Anies Baswedan mengatakan, dengan penetapan Tari Bali sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda ini maka Indonesia telah memiliki tujuh elemen budaya dalam Daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO.

“Sekarang kita punya tujuh yang diakui sebagai warisan budaya dunia,” imbuh Anies.

Enam elemen dari Indonesia yang telah terdaftar sebelumnya adalah Wayang (2008), Keris (2008), Batik (2009), Angklung (2010), Tari Saman (2011), dan Noken Papua (2012). Serta satu program Pendidikan dan Pelatihan tentang Batik (2009).

“Ini memiliki konsekuensi kita semua harus bekerja keras untuk mempertahankan dan mengelola semua proses pengakuan, baik di level nasional maupun internasional,” tambah dia.

Berikut 9 tari Bali yang dijadikan Warisan Budaya Tak Benda UNESCO:

1. Rejang

Rejang adalah tari upacara keagamaan yang diadakan di Pura Merajan atau sangga. Berdasarkan koreografinya, tarian ini tidak begitu terkait pada pedum karang seperti tarian lainnya. Tarian ini bersifat fleksibel, menyesuaikan situasi dan kondisi, khususnya pada upacara Pangider Buana, para penari mengitari sajen berputar putar mengikuti pradaksina.

tari rejang

Tari Rejang

2. Sanghyang Dedari

Ini merupakan salah satu jenis tari sanghyang. Tari sakral sanghyang adalah sebuah tari kerauhan yang ditarikan dalam kondisi kesurupan. Tari ini memiliki tujuan mistis, tidak ditampilkan di depan umum, ditarikan untuk melindungi desa dari wabah penyakit, bencana alam, dan sebagainya. Tarian ini merupakan tari tinggalan kebudayaan pra-Hindu yang ditarikan oleh dua gadis yang masih suci. Tarian ini tidak diiringi oleh instrumen musik, melainkan iringan beberapa orang menyanyikan lagu persembahan kepada Dewa.

Tari sanghyang

Tari Sahyang Dedari

3. Baris Upacara

Baris Upacara merupakan tari-tarian yang pada umumnya tidak memiliki lakon (lelampan) atau ceritera. Umumnya Tari Baris Upacara dipergunakan atau ditarikan untuk Dewa Yadnya. Tari Baris Upacara sebagai penunjang upacara Dewa Yadnya ini banyak jenisnya. Biasanya pada upacara ini, Tari Baris Upacara merupakan symbol widyadara, apsara sebagai pengawal Ida Betara Sesuhunan turun ke dunia pada saat piodalan (odalan) di pura bersangkutan dan berfungsi pula sebagai pemendak (penyambut) kedatangan para dewa.

tari-baris-panah

Tari Baris Upacara Panah

4. Topeng Sidhakarya

Tarian ini biasanya ditarikan di akhir, menyimbolkan bahwa tari sakral telah selesai, dalam sebuah hajatan ritual keagamaan tradisi Hindu (Bali), merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan runtutan upacara sebagai pelengkap guna mendapatkan keyakinan dalam pencapaian ke arah kesempurnaan suksesnya sebuah yadnya.

Tari Topeng sidakarya

Tari Topeng Sidakarya

5. Dramatari Gambuh

Pada umumnya fungsi gambuh adalah sebagai Tari Bebali (seremonial), yaitu sebagai pengiring upacara di pura-pura. Dramatari Gambuh sebagai tari lakon klasik tertua dalam khazanah tari Bali adalah merupakan bentuk total teater yang memiliki unsur seni, drama, musik, dialog dan tembang.

Dramatari gambuh masih memakai nama-nama tokoh penarinya diambil dari nama-nama kaum bangsawan kerajaan di Jawa Timur pada abad ke 12-14. Nama-nama itu di antaranya Demang Sampi Gontak, Tumenggung Macan Angelur, Rangga Toh Jiwa, Arya Kebo Angun-angun, Punta Tan Mundur, dan lain-lainya. Dramatari Gambuh adalah tari dasar hampir seluruh tari-tarian yang ada di Bali.

Dramatari Gambuh sangat erat hubungannya dengan pelaksanaan upacara-upacara besar terutama tingkatan upacara “mapeselang”. Tarian Gambuh ditarikan pada waktu Ida Bhatara turun ke “paselang”.

Tari Dramatari Gambuh

Tari Dramatari Gambuh

6. Dramatari Wayang Wong

Seni pertunjukan yang pelaku-pelakunya manusia atau orang. Merupakan perwujudan dari tari lakon Bali, perpaduan antara tari, drama dan musik. Wayang Wong di Bali adalah merupakan salah satu cabang seni pertunjukan yang bersifat klasik dan merupakan satu kesatuan daripada tari, tabuh, tembang, dan drama dengan menggunakan tapel serta memakai cerita/lakon yang diambil dari lakon (wiracarita) Ramayana.

Tarl-wayang-wong

Drama Tari Wayang Wong

7. Legong Kraton

Tari klasik yang melakonkan ceritera-ceritera zaman dulu seperti ceritera Prabu Lasem. Tari ini biasanya ditarikan oleh tiga orang gadis di mana yang seorang berperan sebagai Condong dan kedua orang lainnya berperan Legong.

Tari legong-bali

Tari Legong Bali

8. Joged Bumbung

Salah satu jenis tari Joged yang diiringi dengan gamelan bumbung bambu dan penarinya perempuan, pengibing laki-laki. Joged adalah semacam tari pergaulan muda mudi yang diiringi dengan gamelan yang terbuat dari bumbung bambu. Penari joged pada awalnya menari sendiri yang disebut ngelembar.

Setelah itu penari mencari pasangannya seorang laki-laki yaitu salah seorang lelaki yang menonton yang dihampiri si penari, dan laki-laki itu kemudian diajaknya menari bersama-sama atau diajaknya ngibing. Begitulah seterusnya si penari berganti-ganti pasangan yang dipilihnya. Tari Joged ini ada persamaannya dengan tari gandrung.

Tari joget-bumbung

Tari Joget Bumbung

9. Barong Ket

Barong merupakan perwujudan atau prabhawa Sanghyang Tri Murti. Warna topeng atau punggelan berbagai jenis barong yang berwarna bang (merah) adalah simbol Dewa Brahma, yang berwarna ireng (hitam) merupakan wujud Dewa Wisnu, sedangkan yang berwarna petak (putih) merupakan perwujudan Dewa Iswara.

Sanghyang Tri Murti yang disimbolkan dengan berbagai jenis barong yang dilawangkan dari satu pintu ke pintu yang lain selama 35 hari diyakini dapat melindungi umat manusia khususnya umat Hindu dari kekuatan merusak yang disebabkan oleh Sanghyang Kala Tiga Wisesa sehingga selamat. Perwajahan Barong pada umumnya merupakan wajah manusia dengan berbagai warna berbeda sebagai simbol tertentu, sedangkan barong ket lebih menyerupai hewan.

Tari barongket

Tari Barong Ket

(nwk/nrl)

Sumber :

Jadwal Event Pariwisata Kabupaten Klaten Tahun 2015


Jadwal Event Festifal Kabupaten KLaten

  1. Syawalan 23 Juli 2015 —> Pukul 09.00 WIB Lokasi —-> Bukit Sidoguro Objek wisata Jombor Permai
  2. Festival Gethek 24 Juli 2015 —> Pukul 09.00 WIB Lokasi —-> Bukit Sidoguro Objek wisata Jombor Permai
  3. Jombor 10 km. 24 Juli 2015 —> Pukul 09.00 WIB Lokasi —-> Bukit Sidoguro Objek wisata Jombor Permai
  4. Festival Wedangan (HIK) 27 Juli 2015 —> Pukul 19.00 WIB Jl. Pemuda / Alun-alun Klaten
  5. Gemar makan ikan (Gemari) dan susu 28 Juli 2015 —> Pukul 13.00 WIB Lokasi —-> Jl. Pemuda Klaten
  6. Tari Gambyong Kolosal 28 Juli 2015 —> Pukul 15.00 WIB Jl. Pemuda Klaten
  7. Festival Jathilan 29 Juli 2015 —> Pukul 09.00 WIB Obyek Wisata Deles Indah Kemalang
  8. Festival Seni Musik 30 Juli 2015 —> Pukul 20.00 WIB Lokasi —-> Monumen Juang ’45 Klaten
  9. Festival Batik 30 Juli s.d 02 Agustus 2015 —> Pukul 09.00 WIB Desa Wisata Jarum – Bayat
  10. Festival Lesung 05 Agustus 2015 —> Pukul 09.00 WIB Lokasi —-> Lapangan Barepan Cawas
  11. Karnaval Pembangunan / Festival Mobil Hias 18 Agustus 2015 —> Pukul 13.00 WIB Lokasi —-> Jl. Veteran – Jl. Pemuda Klaten
  12. Klaten Lurik Carnival 19 Agustus 2015 —> Pukul 13.00 WIB Lokasi —-> Jl. Pemuda Klaten
  13. Festival Gerobag Sapi 23 Agustus 2015 —> Pukul 09.00 WIB Lokasi —-> Start Balai Desa Tlogo Prambanan
  14. Wayang Kulit 29 Agustus 2015 —> Pukul 20.00 WIB Lokasi —-> Alun-alun Klaten
  15. Wayang Kulit 29 Agustus 2015 —> Pukul 20.00 WIB Lokasi —-> Serentak di 26 Kecamatan

GAMELAN


Bagi masyarakat Jawa khususnya, gamelan bukanlah sesuatu yang asing dalam kehidupan kesehariannya. Dengan kata lain, masyarakat tahu benar mana yang disebut gamelan atau seperangkat gamelan. Mereka telah mengenal istilah gamelan. Namun barangkali masih banyak yang belum mengetahui bagaimana sejarah perkembangan gamelan itu sendiri.

Menurut Sumarsam, gamelan diperkirakan lahir pada saat budaya luar dari Hindu–Budha  (sic) mendominasi Indonesia . Walaupun pada perkembangannya ada perbedaan dengan musik India, tetapi ada beberapa ciri yang tidak hilang, salah satunya adalah cara “menyanyikan” lagunya. Penyanyi pria biasa disebut sebagai wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana (Sumarsam 2003: 35)

Menurut kamus bahasa Indonesia Purwodarminto, gamelan adalah seperangkat alat musik yang digunakan untuk mengiringi sebuah pertunjukan.

Menurut buku yang berjudul Mengenal Secara Mudah Dan Lengkap Kesenian Karawitan Gamelan Jawa dari Farabi Ferdiansyah (2010: 23) Gamelan berasal dari kata nggamel (dalam bahasa jawa)/gamel yang berarti memukul/menabuh, diikuti akhiran “an” yang menjadikannya sebagai kata benda.  Sedangkan istilah gamelan mempunyai arti sebagai satu kesatuan alat musik yang dimainkan bersama.

Gamelan merupakan satu kesatuan utuh berbagai unsur alat musik yang diwujudkan dan dibunyikan bersama (http://www.visitsemarang.com). Gamelan juga merupakan alat musik yang biasa dipakai dalam pertunjukan wayang Jawa (http://www.seasite.niu.edu).

Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya/alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama (http://ruddabby.wordpress.com). Gamelan adalah musik yang tercipta dari paduan bunyi gong, kenong dan alat musik Jawa lainnya. Irama musik yang lembut dan mencerminkan keselarasan hidup orang Jawa akan segera menyapa dan menenangkan jiwa begitu didengar (Yunanto Wiji Utomo 2006, http://www.yogyes.com)

Gamelan Jawa adalah satu set alat musik yang terdiri dari berbagai macam variasi bentuk dan ukuran, serta mempunyai bunyi yang berbeda-beda. Cara memainkannya pun ada bermacam-macam, namun kebanyakan di antaranya dipukul/ditabuh. Gamelan Jawa antara lain adalah gong, kempul, kenong, kethuk-kempyang, celempung, suling, kemanak, kendhang, rebab, saron, dan slenthem. Jika dimainkan secara bersamaan, senada dan selaras akan menghasilkan bunyi yang sangatlah indah dan merdu didengar. Karena setiap ketukannya akan menghasilkan suara beraneka ada yang melengking dan ada yang kedengarannya sangat mendentum. Permainan gamelan tersebut biasa disebut dengan karawitan.

Gamelan jawa merupakan instrumen yang sangat digemari oleh orang-orang Jawa. Permainan Gamelan Jawa sangatlah populer dikalangan orang-orang Jawa, karena itu sudah menjadi tradisi turun temurun dari kakek nenek moyang jaman dahulu. Permainan gamelan Jawa mempunyai beberapa fungsi dalam kehidupan adat istiadat Jawa, misalnya saja acara hajatan atau peristiwa pernikahan, upacara keraton, khitanan, syukuran, serta hiburan masyarakat lainnya, seperti, hiburan seni, campur sari, pagelaran wayang kulit, dan ada juga permainan gamelan dipakai sebagai pengisi acara di gereja kristen Jawa, dan sebagainya. Permainan gamelan Jawa juga dapat dipadukan dengan berbagai instrumen modern, contohnya saja instrumen keyboard. Perpaduan keyboard dengan permainan gamelan Jawa menghasilkan karya yang populer disebut dengan musik campursari.

Di daerah Klaten dimana tempat penulis tinggal, karawitan masih cukup eksis dan signifikan di dunia kesenian klaten. Dentang suara yang merdu dan suara yang indah ini tercipta dari karawitan. Karawitan sendiri tercipta dari alat–alat musik yang biasa disebut dengan gamelan ketika dimainkan oleh sekelompok orang dalam membawakan sebuah gending.

Gamelan biasa dimainkan oleh beberapa orang, dan tidak bisa dimainkan secara individu.  Maka perlu kebersamaan dalam memainkan gamelan. Alat musik gamelan sangatlah menarik, karena bentuknya yang unik dan sangat khas. Contohnya saja gong, gong mempunyai bentuk yang unik, ciri–cirinya adalah, bulat besar dan ditengahnya ada tonjolan, jika tonjolan itu dipukul maka akan berbunyi “gong” dengan nada yang besar. Gong sering dibunyikan saat akhir ketukan, setelah kenong, kempul dan alat gamelan lain dimainkan. Jadi gong sering mengakhiri/menutup irama alunan karawitan dalam sebuah permainan gamelan.

Alunan musik gamelan musiknya terasa mendayu–dayu, kalem, dan enak didengar, makin lama mendengar makin terasa selaras dan bisa membuat kantuk seseorang karena alunan nadanya.

Dari keunikan bentuk gamelan, dan spirit kebersamaan dalam memainkan gamelan, penulis terinspirasi dan selanjutnya mengangkat gamelan sebagai tema karya-karya penciptaan seni grafis penulis dalam proyek tugas akhir ini.

Seperti halnya manusia, dapat difilosofikan gamelan sebagai manusia, manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia juga harus seperti gamelan, yang selaras, saling pengertian serta mempunyai semangat gotong royong yang tinggi. Karena manusia diciptakan sebagai mahluk sosial, yang saling tolong menolong antar sesamanya. Tanpa harus memandang jabatan, strata dan kedudukan.

Bagi masyarakat Jawa khususnya, gamelan bukanlah sesuatu yang asing dalam kehidupan kesehariannya. Dengan kata lain, masyarakat tahu benar mana yang disebut gamelan atau seperangkat gamelan. Mereka telah mengenal istilah gamelan. Namun barangkali masih banyak yang belum mengetahui bagaimana sejarah perkembangan gamelan itu sendiri.

Menurut Sumarsam, gamelan diperkirakan lahir pada saat budaya luar dari Hindu–Budha  (sic) mendominasi Indonesia . Walaupun pada perkembangannya ada perbedaan dengan musik India, tetapi ada beberapa ciri yang tidak hilang, salah satunya adalah cara “menyanyikan” lagunya. Penyanyi pria biasa disebut sebagai wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana (Sumarsam 2003: 35)

Menurut kamus bahasa Indonesia Purwodarminto, gamelan adalah seperangkat alat musik yang digunakan untuk mengiringi sebuah pertunjukan.

Menurut buku yang berjudul Mengenal Secara Mudah Dan Lengkap Kesenian Karawitan Gamelan Jawa dari Farabi Ferdiansyah (2010: 23) Gamelan berasal dari kata nggamel (dalam bahasa jawa)/gamel yang berarti memukul/menabuh, diikuti akhiran “an” yang menjadikannya sebagai kata benda.  Sedangkan istilah gamelan mempunyai arti sebagai satu kesatuan alat musik yang dimainkan bersama.

Gamelan merupakan satu kesatuan utuh berbagai unsur alat musik yang diwujudkan dan dibunyikan bersama (http://www.visitsemarang.com). Gamelan juga merupakan alat musik yang biasa dipakai dalam pertunjukan wayang Jawa (http://www.seasite.niu.edu).

Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya/alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama (http://ruddabby.wordpress.com). Gamelan adalah musik yang tercipta dari paduan bunyi gong, kenong dan alat musik Jawa lainnya. Irama musik yang lembut dan mencerminkan keselarasan hidup orang Jawa akan segera menyapa dan menenangkan jiwa begitu didengar (Yunanto Wiji Utomo 2006, http://www.yogyes.com)

Macam-Macam Gamelan Jawa

Dari buku yang berjudul hayatan gamelan dan gamelan yang ditulis oleh Sumarsan maka penulis dapat menguraikan lebih lanjut macam-macam instrumen gamelan. Komponen utama susunan alat-alat musik gamelan adalah bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan, misalnya gong berperan menutup sebuah irama musik yang panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending.

Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa macam instrumen antara lain :

a. Bonang

Bonang terbagi dari 3 macam yaitu bonang barung, bonang panembung, dan bonang penerus. Bonang mempunyai bentuk seperti “ceret” atau “pot” yang ditempatkan secara horizontal ke string dalam bingkai kayu, baik satu atau dua baris lebar. Semua ceret memiliki bos pusat/tonjolan di tengahnya. Dan jika bos pusat tersebut dipukul akan menimbulkan bunyi.

Gambar 1. Bonang

(Sumber gambar : penulis)

b.      Celempung

Celempung adalah instrumen kawat petik, yang dibingkai pada semacam gerobongan (juga berfungsi sebagai resonator) yang berkaki dua pasang, bentuknya hampir mirip seperti belalang. Dan di atasnya terdapat kawat–kawat vertikal membentuk seperti sikat gigi. Kawatnya terdiri dari tiga-belas pasang, ditegangkan antara paku untuk melaras (di atas) dan paku-paku kecil (di bawah). Kepingan metal diletakkan di sisi atas gerobongan, sebagai jembatan pemisah kawat-kawat. Celempung dimainkan dengan jari jempol tangan kiri dan kanan, sedangkan jari yang tangan lainnya dipakai sebagai penutup kawat-kawat yang tidak dipetik.

Gambar 2. Celempung

(http://orgs.usd.edu)

c.       Gambang

Gambang merupakan instrumen yang terbuat dari bilah-bilah kayu yang dibingkai pada gerobongan yang juga berfungsi sebagai resonator. Bentuknya hampir mirip batu nisan di makam-makam Jawa. Dan terdapat bilah-bilah kayu di atasnya. Bilahnya berjumlah tujuh-belas sampai dua-puluh bilah. Gambang dimainkan dengan tabuh berbentuk bundar dengan tangkai panjang biasanya dari tanduk, dan ditabuhkan di atas bilah-bilah kayu tersebut.

Gambar 3. Gambang

(Sumber gambar: penulis)

d.      Gender

Gender merupakan instrumen yang terdiri dari bilah-bilah metal yang ditegangkan dengan tali di atas bumbung-bumbung resonator. Bumbung resonator ini tercipta dari bambu-bambu yang bentuknya silinder yang ditata secara sejajar horisontal. Jika dilihat dari sisi muka bentuknya berupa persegi panjang.

Gambar 4. Gender

(Sumber gambar: penulis)

e.       Gong

Gong merupakan instrumen yang digantung, berposisi vertikal. Bentuk gong bulat dan berukuran besar atau sedang. Di tengahnya terdapat bos pusat/tonjolan, yang biasa ditabuh di bagian tengah-tengah bos pusatnya itu, dengan tabuh bundar berlapis kain.

Gambar 5. Gong

(Sumber gambar: penulis)

f.       Kemanak

Kemanak adalah instrumen yang berbentuk seperti sendok. Sendok yang terbuat dari kuningan. Bentuknya simple, enteng, dan mudah dibunyikan. Cara membunyikannya dengan saling mengetukkan/saling dipukulkan.

Gambar 6. Kemanak

(http:orgs.usd.edu/nmm/Gamelan/9893/Kemanak9893.html.)

g.      Kendhang

Kendhang mempunyai bentuk simetris, yang bentuknya seperti tabung, dengan bersisi dua dengan sisi kulitnya ditegangkan dengan tali dari kulit atau rotan ditata dalam bentuk “Y”, yang diletakkan di atas bingkai kayu (plankan) pada posisi horisontal.

Gambar 7. Kendhang

(Sumber gambar : penulis)

h.      Kenong

Kenong adalah satu set instrumen jenis gong yang bentuknya hampir mirip dengan bonang, yang bentuknya seperti ceret dan ditengahnya terdapat bos pusat/tonjolan. Namun yang berbeda adalah jumlahnya lebih sedikit dibanding dengan bonang. Kenong berposisi horisontal yang ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu.

Gambar 8. Kenong

(Sumber gambar: penulis)

i.        Kethuk-Kempyang

Kethuk-Kempyang adalah dua instrumen jenis gong yang berukuran kecil. Namun bentuknya juga seperti bonang dan kenong, bulat dan di tengahnya terdapat bos besar/ tonjolan, jika dipukul akan menghasilkan bunyi. Kethuk lebih kecil dbanding kenong ukurannya, namun lebih tinggi. Sedangkan kempyang agak besar pendek dan melebar. Ditempatkan pada posisi horisontal, ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu.

Gambar 9. Kethuk-Kempyang

(Sumber gambar: penulis)

j.    Rebab

Rebab merupakan instrumen kawat gesek dengan 2 kawat yang ditegangkan pada selajur kayu dengan badan bentuk hati. Badan yang berbentuk hati itu terbuat dari tempurung kelapa. Yang kemudian ditutup dengan membran (kulit tipis) dari babad sapi.

Gambar 10 . Rebab

(http://www.pasarjava.com/senibudaya/gamelan/rebab.jpg)

k.   Saron

Saron merupakan instrumen yang berbentuk bilahan dengan enam atau tujuh bilah, yang ditumpangkan pada bingkai kayu yang juga berfungsi sebagai resonator. Instrumen ini ditabuh dengan tabuh yang dibuat dari kayu dan tanduk. Dan tabuhnya berbentuk seperti palu.

Gambar 11. Saron

(Sumber gambar : penulis)

l.    Slenthem

Menurut konstruksinya, slenthem termasuk keluarga gender, malahan kadang-kadang ia dinamakan gender panembung. Tetapi slenthem mempunyai bilah sebanyak bilah saron yaitu 7 bilah. Slenthem mempunyai bentuk seperti kijing makam yang berwarna kuning emas.

Gambar 12. Slenthem

(http:orgs.usd.edu/nmm/Gamelan/9858/Slenthem9858.html)

m.  Suling

Suling adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu. Instrumen Suling berupa potongan bambu yang pendek dan di tubuhnya terdapat lubang-lubang yang dapat menghasilkan suara jika ditutup salah satunya secara bergantian sambil ditiup di bagian ujungnya.

Gambar 13. Suling

(http://id.wikipedia.org/wiki/Suling)

Gamelan Jawa

Penggunaan istilah gamelan dan karawitan sudah mulai sama dengan yang diberlakukan di Indonesia , terutama oleh para praktisi maupun para akademisi yang telah berhubungan lebih jauh atau akrab dengan dunia musik gamelan, dunia karawitan.

Menurut wikipedia gamelan, kata nggamel (dalam bahasa Jawa) dapat berarti memukul. Itulah kemungkinannya mengapa gamelan dianggap sebagai satu perangkat musik pukul atau perkusi (ansambel atau orkes, yang nama dan jenisnya tergantung dari jenis, jumlah atau komposisi ricikan-ricikan yang digunakan serta fungsinya di masyarakat), walau pada kenyataannya perangkat gamelan juga melibatkan alat-alat musik non perkusi.

Berkaitan dengan perkembangan jaman, perkembangan fungsi kesenian, selera jaman, berikut ini adalah beberapa nama perangkat gamelan yang pernah ada dan sampai sekarang masih ditabuh dan berfungsi :

1. Gamelan Kodhok Ngorek, berfungsi sebagai pengiring acara hajatan atau peristiwa pernikahan. Karena gamelan Kodhok Ngorek berlaras slendro maka wajar, enak, dan tidak ada kejanggalan sama sekali bila pada perangkat gamelan tersebut melibatkan gender dan gambang gangsa slendro. Alasan lain yang digunakan untuk menguatkan pendapatnya, Pak Martapangrawit menyebutkan bahwa kehadiran slenthem pada perangkat gamelan ageng bermain dengan menggunakan nada 4 (pelog) dan 3 (dhadha), jarak tersebut pada dasarnya adalah sama dengan interval slendro, seperti layaknya interval nada lima ke dhadha slendro.

2. Gamelan Monggang, fungsi dan kegunaannya untuk kelengkapan berbagai acara dan upacara dilingkungan keraton/kadipaten dan kabupaten pada masa itu, seperti memberi tengara pada upacara penobatan dan jumenengan raja, mengiringi latihan perang prajurit bertombak atau acara sodoran, serta sebagai pengiring kelahiran bayi laki-laki dari keluarga raja, dan sebagainya.

3. Gamelan Cara Balen, berfungsi untuk menghormati kedatangan tamu, baik dalam upacara keluarga, kerajaan, ataupun kemasyarakatan. Misalnya, pasar malam sekatenan, fair, mantenan, khitanan, syukuran, dan sebagainya.

4. Gamelan Sekaten, dibunyikan setiap setahun sekali selama seminggu, dari tanggal 5 s/d 12 setiap bulan Mulud (menurut kalender Jawa), pada setiap bulan kelahiran Nabi Muhammad S.A.W.

5. Gamelan Ageng, berfungsi hampir setiap hari untuk keperluan kemasyarakatan seperti, hiburan seni, campur sari, pagelaran wayang kulit, dan sebagainya.